“bendera setengah tiang terpasang dan dikibarkan dalam hati para pejuang Demokrasi dan Keadilan — setidaknya pada mereka yang sudah banyak berkorban dalam aksi rutin di kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha — pasti akan menjadi catatan tersendiri bagi malaikat yang juga akan mengingat keculasan hakim MK, mungkin sampai tiga turunan dari anak, cucu dan cicit mereka. Do’a terbaik pun telah dikirimkan ke langit, agar dera dan derita semacam karma atau azab tidak sampai harus mendera anak, cucu dan cicit mereka juga.

Begitulah keyakinan yang sangat dipatuhi, bahwa do’a dari 40 orang itu sudah lebih dari cukup untuk diterima seperti Amicus Curiae guna menjadi saksi di Mahkamah Langit. Dan keadilan yang sesungguhnya — yang melahirkan Demokrasi sekaligus cikal bakal pembiakannya — memang hanya milik Tuhan. Karena itu, hakim MK telah gagal mewujudkan esensi Tuhan, meski tidak pula sepatutnya untuk disebut iblis.
Suasana berduka masih sangat terasa, entah kapan akan usai dan terobati rada sedih yang tidak Alang kepalang perihnya ini. Septia dari Serang Banten hanya bisa menahan tetesan air matanya yang menggenang di pelupuk matanya yang nyaris terbunuh juga keindahannya yang aduhai itu. Seperti juga Sulaiman, tak mampu mengucapkan sepatah kata apapun saat diajak sejenak merenungkan kematian Demokrasi dan Keadilan.yang sungguh tragis, justru di godam oleh palu hakim yang keji itu.
Seperti biasanya dalam upacara tradisi kematian, kawan dari berbagai latar belakang yang plural — tak hanya profesi tapi juga agamanya — diundang hadir untuk ikut mengadakan tahlilan dalam bentuk dan versi yang lain. Tentu saja, setelah saya konfirmasi, undangan itu semacam acara diskusi untuk membicarakan langkah lebih jauh dari Tragika kematian Demokrasi dan Keadilan, supaya kesedihan tidak perlu terus berkepanjangan.
Tapi yang menjadi masalah, saya seakan didapuk untuk menjadi semacam pemberi tausiah utama dalam acara yang nyeleneh ini. Dan pihak panitia penyelenggara pun membatasi — selain sudah menerima sejumlah karangan bunga, juga terpaksa membatasi jumlah hadirin hanya 40 orang saja. Maksud panitia peyelenggara agar diskusi bisa berjalan lebih nyaman dan tertib dan untuk acara khusus berdo’a, toh dengan jumlah 40 orang itu sudah cukup untuk melantunkan do’a yang ajan langsung sampai ke langit dan diterima oleh Tuhan.(Jacob)
Editor:Kusjaya
Bumi Serpong Damai,23 April 2024.